Audensi Siswi SMAN 1 Pringsewu Bersama Tokoh Adat Pepadun

Oleh Administrator
Dipost pada 1 Tahun yang lalu
1242
BAGIKAN
TANGGAMUS,(MKNEWS.ID)---Untuk memenuhi tugas sekolah yang diperintah dewan guru SMAN 1 Pringsewu empat Siswi diantaranya, 
1. Nurul Rahmadina Azzahra
2. Fatma Arabel keisya
3. Laeli Aisyah Ajmal Zahro
4. Lizahra Kholidiyah,
Menggelar Audensi(Wawancara) bersama Tokoh Adat Lampung Pupadun bergelar Suntan Nimbang Bicakha di kediamannya di Pekon, Banjar Agung Ilir, kecamatan Pugung Tanggamus, Sabtu (12/11/22)

Adapun pertanyaan yang di tanyakan sebagai berikut : 

1. Apa itu Ngamai/Ngini Adok....?
2. Perbedaan nNgamai dan Ngini...?
3. Biasanya dilakukan pada saat apa..?
4. Siapa yang berperan pada saat itu..?
5. Bagaimana prosesinya....?
6. Alat yang dibutuhkan...?
7. Dimana prosesi tersebut dilakukan...?
8. Berapa lama Waktu yang dibutuhkan..? 
Demikian Pertanyaan, mohon penjelasannya...?

Suntan Nimbang Bicakha, Selaku tokoh adat Pepadun menjelaskan :

Masyarakat Adat Lampung Pepadun.
Berbeda dengan Saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yang kuat, Pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis.

Masyarakat adat Lampung Pepadun adalah salah satu dari dua kelompok adat besar dalam masyarakat Lampung. Masyarakat ini mendiami daerah pedalaman atau daerah dataran tinggi Lampung. 

Berdasarkan sejarah perkembangannya, masyarakat Pepadun awalnya berkembang di daerah Abung, Way Kanan, dan Way Seputih (Pubian). Kelompok adat ini memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi yang berlangsung dalam masyarakat secara turun temurun.

Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan Patrilineal yang mengikuti garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat tertinggi berada pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut "Penyimbang". 

Gelar Penyimbang ini sangat dihormati dalam adat Pepadun karena menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan. 

Status kepemimpinan adat ini akan diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang, dan seperti itu seterusnya.

Berbeda dengan Saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yang kuat, Pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis. 

Status sosial dalam masyarakat Pepadun tidak semata-mata ditentukan oleh garis keturunan. 

Setiap orang memiliki peluang untuk memiliki status sosial tertentu, selama orang tersebut dapat menyelenggarakan upacara adat Cakak Pepadun. 

Gelar atau status sosial yang dapat diperoleh melalui Cakak Pepadun diantaranya Gelar Paksi, Suntan, Pangeran, Bati, Raja dan Minak dan seterusnya.

Nama "Pepadun" berasal dari perangkat adat yang digunakan dalam prosesi Cakak Pepadun. "Pepadun" adalah bangku atau Singgasana kayu
yang merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga. 

Prosesi pemberian gelar adat ("Juluk Adok") dilakukan di atas singgasana ini. Dalam upacara tersebut, anggota masyarakat yang ingin menaikkan statusnya harus membayarkan sejumlah uang ("Dau") dan memotong sejumlah kerbau. 

Adapun Prosesi Cakak Pepadun ini diselenggarakan di "Rumah Sesat" dan dipimpin oleh seorang Penyimbang atau pimpinan adat yang posisinya paling tinggi.

Perbedaan Ngamai Adok dengan
Ngini Adok dalam Adat
Pernikahan Masyarakat
Lampung Pupadun

Dalam upacara adat pernikahan di kalangan suku Lampung, maka kedua mempelai bujang (Mekhanai) dan gadis (Muli) maka akan dikenal dua istilah penting yaitu "Ngamai Adok" dan "Ngini Adok". 

Adok merupakan Gelar adat yang diberikan kepada kedua mempelai dalam acara adat pernikahan yang biasanya dikenal juga dengan sebutan "Butetah" atau istilah lainnya adalah "Ngamai dan Ngini Adek/Adok".

"Ngamai Adok" adalah istilah pemberian Gelar pada pengantin pria, sedangkan "Ngini Adok" adalah istilah pemberian Gelar pada pengantin wanita.

Dalam acara pernikahan untuk mendapatkan gelar- gelar di atas bagi kedua mempelai, maka biasanya akan diiringi dengan bacaan Wawancan/pepancokh/Tangguh.

Pepacokh/Wawancan/Tangguh yang dilagukan umumnya berisi petuah-petuah, Nasihat dan Pesan Moral untuk kedua mempelai.

Berikut Contoh Wawancan/Tangguh dalam bahasa Lampung.

Pepancokh atau Wawancan /Tangguh
hanya berbeda dalam penyebutan namun memiliki arti dan makna yang sama yakni merupakan jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi. 

Umumnya dibacakan dan digunakan untuk menyampaikan pesan atau Nasihat dan Pemberian Gelar Adat Adok/Adek.

Lampung dibagi menjadi dua kelompok atau golongan antaranya Pepadun Dan Saibatin Istilah Pepancokh dikenal di lingkungan masyarakat Lampung dialek O "Pepadun" sedangkan istilah Pepaccogh dan wawancan dikenal di lingkungan masyarakat "Saibatin" dimana mereka menggunakan Bahasa Lampung Dialek A "api".


Berikut Ini Merupakan Contoh Teks Wawancan Dalam Bahasa Lampung

Assalamualaikum Tabik Pun Nabik Tabik Sekindua ganta haga bubalah cutik, Lain munih sembakha mahap jama, Sai khamik Pekhawatin Tuha nNgukha Sai jawoh khik sai khedik

Mahap Jama Sai khamik

Lain munih sembakhana Peghwatin Tuha Ngukha Sai Jawoh khik Sai Khedik Kham tulung jama - jama pun.

Mak ghebak tapis kudo dandan cakak di midan Mak salah sekindua kodo nguakhok ko wawancan, 
Kik sangun benogh dia 
sekindua mak salah
Kayunan jak sai tuha kepahit 
kepakhitah Lagi kena kayunan
Dikayun tuha batin

Nyampaiko kehenguk an jama seunyini pekhwatin Jak suku bidang jakhu ngayunko sekindua Hanggum cawa setuju kik adok lekok dia khena hani... kudo pun...

Ya sangun tipu balah khanggum unyin tutukan, Adok makhi tibigah senenui dihejongan, Lain munih tipilah ya sangun kehangguman, Kham nutuko petuah pakat jak kiri kanan.

Cekhita diterusko nutuk cawa sai mena Injuk di penganti khagah hejongan anak tuha Butanya ghik bukoddo ngehadap sitatuha Niat sangun temon do ngapubalah kehaga, Sekula khadu luwah sangun khadu bekekhja Mengabdi pemekhinttah otonan ni sarjana Ya lunik tutuk simah ngabigah pabrik gula Hajat yu tipuluwah ngepubalah kahaga kheno hani kudo pun...

Penganti Khagah bakhani ya antop mukhah cawa khadu wayah waktuni ya mimpin khumah tangga Si tuha khadu ngeni pengahut tuha marga

Lekok dia adokni beadok jimpang ghaya Gheno hani kudo pun...

Putawok sesimbatan judu sangun putungga Basa jughagan lamban tanggung jawab jejama Sangun judu jak tuhan tiyan ghua putungga Ngekok tali kemuaghian dibaghongi sai tuha

Insinyur rita harnani ya sikop waya nihan Pekhyayi betik hati pandai ngandanko badan Sangun mak salah tampa ya ghadu hanggum unyin Pengahut jak sai tuha panghenguk tuha batin

Adokni cocok dia sepadan diwanggani Gham pakai jama - jama ukhaw gelar adokni Tanda kahut sai tuha senenun dihejongan Adok yu lekot dia adokni ayu khaya

Ajo waghca tilimban enggok gham di sai tuha

Bapak hayun adenan ya khingai tutuk waya Pension kehutanan ghituk wiraswasta Kapan kok ya dilamban butetop pakat ghaya

Pindah muneh pai kisah injuk bebai sai tuha Kinjuk ibu sutiyah ya antop mughah cawa Ya betik tutuk simah jadi guru sekula Sangun nasib ghek tuha mak ughung nyabai nyada

Nutuk luyut sai tuha senenun di caghani Mejong diadok tuha punyimbang ghadu ngeni Adok yu lekok dia jejama gham makaini Hangum hangum jejama mak kanyana adokni Gheno hani kudo pun adokni tiyan ghumpok sina

Betik kuti bulamban pandai ngebigah cagha Setutuk sehang hungan ghanggum pakat jejama Dang ginjung dihalangan dang mudah kena guda Kantu wat ghaghumpakan jama jama ngiman ya

Antak ija wawancan wasalam kuakhiri Cukup payu sekian sikam undoghko dighi Kalau ya wat gunani wawancan ni sikam ji Putungga muloh lawi dilayin waktuni

Itulah tadi contoh dari teks wawancan/pepacogh/pepacur yang merupakan bagian dari sastra lisan dalam bahasa lampung, karena biasanya dibacakan pada saat acara adat seperti acara pernikahan atau khitanan. Terima kasih sudah menyimak, semoga bermanfaat ya. Wasalam. 
Suntan Nimbang Bicakha.
Laporan Berkad Sejahtera







ADS
E-PAPER
VIDEO NEWS
Playlist